Senin, 18 April 2011

jepang

xy7

Berikut sejumlah tips
mengatasi radiasi nuklir: - Tutup semua jendela dan pintu
- Tutup semua fasilitas yang bisa
membawa udara dari luar seperti
penyejuk ruangan (airco) atau
lubang ventilasi.
- Tinggal di kamar yang tidak berjendela atau ruang bawah
tanah adalah yang paling aman
- Jangan lupa bawa senter, radio
atau televisi dengan baterai,
kotak kesehatan, makanan dan
air (kemasan atau kaleng), serta obat-obatan
- Jangan keluarkan binatang
piaraan (tinggal di dalam)
- Jemur pakaian di dalam
- Pantau situasi dengan
mendengarkan pemancar televisi atau radio bencana (lokal) Tablet yodium Pusat nuklir Fukushima sejauh ini
hanya memancarkan radioaktif
yodium-131 dan cesium-137.
Pemerintah Jepang
mempertimbangkan tablet
yodium untuk dibagikan kepada warga di daerah bencana. Ini
untuk melindungi kelenjar
gondok. Meminum tablet yodium
akan bisa melindungi kelenjar
gondok sehingga organ ini tidak
akan mampu lagi menyerap radioaktif. Tablet yodium sangat efektif
apabila diminum sebelum atau
beberapa jam sesudah terkena
radiasi. Tablet ini memberi
perlindungan selama kira-kira 24
jam. Untuk cesium-137, tidak ada pelindungnya. Apabila kerusakan
parah terjadi pada kamar
reaktor atau kolam pendingin
untuk bahan bakar nuklir yang
sudah terpakai, maka
kemungkinan zat uranium dan plutonium bisa terlepas. Tapi
sejauh ini, hal itu belum terjadi.

l3

RADIASI ALAM Sudi Ariyanto Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Kedua menyatakan bahwa
radiasi adalah pemancaran dan
perambatan gelombang yang
membawa tenaga melalui ruang
atau antara, misal pemancaran dan perambatan gelombang
elektromagnetik, gelombang
bunyi; gelombang lenting;
penyinaran. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa radiasi
bukan hanya radiasi nuklir, tetapi juga radiasi lain seperti
gelombang radio, gelombang
televisi, pancaran sinar
matahari, dll. Banyak orang beranggapan
bahwa radiasi hanya terkait
dengan reaktor nuklir atau
bom nuklir. Yang tidak banyak
diketahui sesungguhnya adalah
bahwa alam ini juga merupakan pemancar radiasi, bahkan
merupakan sumber radiasi
satu-satunya bagi orang yang
tidak bekerja dengan reaktor
nuklir, atau tidak terkena
radiasi dari tindakan medis. Dalam hal radiasi nuklir,
ketidakstabilan atom atau inti
atomlah yang menyebabkan
terjadinya pancaran radiasinya. Radiasi yang dipancarkan alam
dapat dikelompokkan menjadi
tiga jenis yaitu radiasi kosmis,
radiasi terestrial, dan radiasi
internal. Radiasi kosmik beradal
dari sumber radiasi yang berada pada benda langit dalam
tata surya dalam bentuk
partikel berenergi tinggi (sinar
kosmis); dan sumber radiasi
yang berasal dari unsur
radioaktif di dalam kerak bumi yang terbentuk sejak
terjadinya bumi.Radiasi internal
adalah radiasi yang diterima
oleh manusia dari dalam tubuh
manusia sendiri, dalam hal ini
sumber radiasi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan,
minuman atau udara. Radiasi kosmis Sinar kosmis yang berupa
partikel akan bereaksi dengan
atmosfir bumi menghasilkan
tritium, berilium dan carbon
yang radioaktif. Tak
seorangpun luput dari guyuran radiasi ini meskipun jumlahnya
berbeda-beda berdasarkan
lokasi dan ketinggian. Karena medan magnet bumi
mempengaruhi radiasi ini, maka
orang di kutub menerima lebih
banyak daripada yang ada di
katulistiwa. Selain itu orang
yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi
yang lebih besar karena
semakin sedikit lapisan udara
yang dapat bertindak sebagai
penahan radiasi. Jadi, orang
yang berada di puncak gunung akan menerima radiasi yang
lebih banyak daripada yang di
permukaan laut. Orang yang
bepergian dengan pesawat
terbang juga menerima lebih
banyak radiasi. Di bawah ini adalah data yang
diperoleh oleh satu badan
internasional di bawah PBB
yang meneliti masalah efek
radiasi (UNSCEAR). Laju dosis
diberikan dalam mikrosievert per jam, di mana 1 mikro sama
dengan sepersejuta. Ketinggian, (m) Laju dosis (mikrosievert/ jam) 0
(permukaan
laut) 0,03 2000 0,1 4000 0,2 12000 5 20000 13 Misalnya ada seseorang
bepergian dari Jakarta ke
Yogyakarta menggunakan
pesawat terbang dengan
waktu tempuh kira-kira 1 jam
dengan ketinggian jelajah sekitar 12000 m, maka orang
itu akan memperoleh radiasi
kosmis sebesar 5 mikrosievert.
Batas dosis masyarakat umum
adalah 5 milisievert per tahun
atau 2,4 mikrosievert per jam. Jadi orang itu telah menerima
radiasi lebih dari 2 kali nilai
batas. Meskipun demikian,
orang ini belum tentu akan
menderita kanker akibat
tambahan radiasi ini. Radiasi terestrial Bahan radioaktif utama yang
ada dalam kerak bumi adalah
Kalium-40, Rubidium-87, unsur
turunan dari Uranium-238 dan
turunan Thorium-232. Besarnya
radiasi dari kerak bumi ini berbeda-beda karena
konsentrasi unsur-unsur di tiap
lokasi berbeda, tetapi biasanya
tidak terlalu berbeda jauh.
Penelitian di Perancis, Jerman,
Italia, Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kira-kira 95 persen populasi
tinggal di daerah dengan
tingkat radiasi rerata dari bumi
antara 0,3-0,6 milisievert per
tahun (bandingkan: nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50
milisievert per tahun, untuk
masyarakat umum 5 milisievert
per tahun). Sekitar tiga persen
populasi dunia menerima dosis 1
milisievert per tahun atau lebih. Ada beberapa tempat di dunia
ini yang memiliki tingkat radiasi
dari kerak bumi yang sangat
tinggi tetapi tingkat insiden
orang terkena kanker rendah. Tempat Penduduk (1985) Laju dosisketerangan Pocos de
Caldas,
Brazil Bukit, tak
berpenghuni ~ 250
mSv/
tahun - Guarapari,
Brazil Kota kecil,
12.000
orang 15 ~
175
mSv/
tahun tiap musim
panas
didatangi
30.000
pelancong Kerala &
Tamil
Nadu,
India ~70.000
orang 3,8 ~
17
mSv/
tahun - Ramsar,
Iran ~ Tak
tercatat ~ 400
mSv/
tahun - Menurut perhitungan UNSCEAR,
penduduk bumi menerima
radiasi dari kerak bumi ini kira-
kira 350 mikorosievert per
tahun. Radiasi internal Manusia juga menerima
pancaran radiasi dari dalam
tubuhnya sendiri. Unsur
radioaktif ini kebanyakan
berasal dari sumber kerak bumi
yang masuk melalui udara yang dihirup, air yang diminum
ataupun makanan. Unsur yang
meradiasi manusia dari dalam ini
kebanyakan berupa tritium,
Carbon-14, Kalium-40, Timah
Hitam (Pb-210) dan Polonium-210. Radiasi internal ini
umumnya merupakan 11% total
radiasi yang diterima
seseorang. Penduduk di tempat paling
utara di bumi menerima radiasi
internal dari Polonium-210 kira-
kira 35 kali nilai rata-rata dari
daging kijang yang mereka
makan. Penduduk di daerah Australia Barat yang kaya
dengan uranium menerima
radiasi internal kira-kira 75 kali
nilai rata-rata dari daging
domba, kangguru dan offal
yang mereka konsumsi. Seseorang yang ada di dalam
gedung atau rumah dapat
menerima radiasi dari sumber
yang ada dalam bahan
bangunan. Sumber radiasi yang
terutama di sini adalah radon yang merupakan gas turunan
peluruhan Uranium-238 dan
Thorium-232. Yang berbahaya
dari gas radon ini adalah anak
turunannya yang akhirnya
menjadi timah hitam yang stabil. Di daerah yang beriklim dingin,
konsentrasi radon di dalam
rumah bisa lebih tinggi daripada
di luar, akan tetapi di daerah
tropis konsentrasi di dalam
maupun di luar bisa sama (karena kondisi rumah yang
terbuka). Radiasi yang diterima
dari radon ini kira-kira 50% dari
total radiasi yang diterima dari
alam. Radiasi dari tindakan
medis Radiasi dari tindakan medis
merupakan radiasi yang berasal
dari sumber buatan manusia,
jadi sesungguhnya bukan
merupakan radiasi dari alam.
Radiasi dari tindakan medis ini dituliskan di sini sebagai
pembanding. Dalam bidang kedokteran
radiasi digunakan sebagai alat
pemeriksaan (diagnosis) maupun
penyembuhan (terapi). Pesawat
sinar-X atau Roentgen
merupakan alat diagnosis yang paling banyak dikenal dan dosis
radiasi yang diterima dari
roentgen ini merupakan dosis
tunggal (sekaligus) terbesar
yang diterima dari radiasi
buatan manusia. Dalam sekali penyinaran sinar-X ke dada,
seseorang dapat menerima
dosis radiasi total sejumlah
35-90 hari jumlah radiasi yang
diterima dari alam. Penyinaran
sinar-X untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total kira-
kira 3 hari jumlah radiasi yang
diterima dari alam. Penyinaran
radiasi untuk penyembuhan
kanker nilai dosisnya kira-kira
ribuan kali dari yang diterima dari alam. Meskipun dosis radiasi yang
diterima dari kedokteran ini
cukup tinggi, orang masih mau
menerimanya karena nilai
manfaatnya jauh lebih besar
daripada iesikonya. Radiasi dari reaktor nuklir Banyak orang beranggapan
bahwa tinggal di sekitar
pembangkit listrik tenaga nuklir
akan menyebabkan terkena
radiasi yang tinggi. Meskipun di
dalam reaktor terdapat banyak sekali unsur radioaktif, tetapi
sistem keselamatan reaktor
membuat jumlah lepasan radiasi
ke lingkungan sangat kecil.
Dalam kondisi normal, seseorang
yang tinggal di radius 1-6 km dari reaktor menerima radiasi
tambahan tak lebih daripada
0,005 milisievert per tahun. Nilai
ini jauh lebih kecil daripada
yang diterima dari alam (kira-
kira 2 milisievert per tahun) atau 1/400 nilai radiasi dari
alam. Radiasi yang dipancarakan dari
PLTN sesungguhnya lebih kecail
daripada radiasi dari
pembangkit listrik berbahan
bakar batubara maupun
minyak. Radiasi yang diterima orang per orang di sekitar PLT
Batubara bisa 3 kali lebih tinggi
daripada yang diterima dari
PLTN. sumber : http://
www.batan.go.id/artikel/view_
artikel.php?id_artikel=38

lanjutan2

Dengan ditemukannya
fenomena hormesis ini maka
saat ini ada dua anggapan yang
saling bertolak belakang
tentang efek radiasi dosis
rendah. Anggapan pertama mengatakan bahwa sekecil
apapun dosis radiasi yang
diterima tubuh dapat
mengakibatkan terjadinya
kerusakan sel sehingga
memberikan peluang timbulnya kanker maupun kerusakan
genetik. Anggapan pertama ini
tetap dipegang teguh oleh
Komisi Internasional untuk
Perlindungan Radiologi (ICRP).
Bahkan data-data tentang adanya hormesis radiasi yang
ditemukan oleh ICRP sendiri
hanya dianggapan sebagai
penyimpangan dan tidak pernah
dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan. Anggapan kedua mengatakan
bahwa radiasi dosis rendah
justru dapat memberikan efek
yang menguntungkan bagi
kehidupan. Anggapan ini
didasarkan pada dugaan bahwa makhluk hidup mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi
pada suatu lingkungan yang
dosis radiasinya lebih tinggi dari
radiasi latar alamiah. Paparan
radiasi tersebut mampu merangsang fungsi-fungsi sel
dalam mengurangi kerusakan
akibat paparan radiasi
berikutnya, jadi ada semacam
proses imunisasi yang terjadi
pada sel, dlam hal ini kerusakan sel akibat paparan radiasi akan
diimbangi bukan hanya dalam
bentuk perbaikan kembali sel
yang rusak melainkan juga
ketahanan sel terhadap
kerusakan akibat paparan radiasi berikutnya. Jika dugaan adanya efek
hormesis dari paparan radiasi
dosis rendah terhadap tubuh
manusia benar adanya, maka
penerimaan radiasi dosis rendah
oleh tubuh manusia tidak perlu dicemaskan, misal dosis yang
diterima karena seseorang
bekerja dengan radiasi atau
berada di medan radiasi. Hasil
akhir dari paparan radiasi dosis
rendah ini justru menguntungkan. Artinya, radiasi
pengion ternyata tidak selalu
menimbulkan efek biologi
negatif bagi organisme. Namun
untuk meyakinkan kebenaran
fenomena hormesis itu masih perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dan menyeluruh sehingga
diperoleh data-data pendukung
baru yang dapat memperkuat
dugaan itu. * Mukhlis Akhadi, Ahli Peneliti Utama Pada Pusat Teknologi
Keselamatan Metrologi Radiasi-
BATAN

lanjutan

Hormesis Radiasi Data epidemilogi mengenai efek
radiasi dosis rendah sebagai
penyebab timbulnya kanker dan
kerusakan genetik masih minim.
Di lain pihak beberapa pakar
biologi radiasi dapat menunjukkan bukti-bukti
tentang adanya efek
merangsang (stimulatif) akibat
paparan radiasi dosis rendah
yang disebut hormesis.
Fenomena hormesis ini sebenarnya sudah lama dikenal
dalam ilmu obat-obatan
(farmakologi). Dalam hal ini
hormesis mengandung
pengertian bahwa suatu zat
yang dalam jumlah banyak bersifat racun tetapi dalam
jumlah sedikit bersifat sebagai
perangsang kehidupan. Obat-
obatan para prinsipnya
tersebut dari bahan-bahan
kimia yang bersifat racun bagi tubuh, namun dengan
pengaturan dosis yang tepat,
obat-obatan justru bermanfaat
bagi tubuh. Bertitik tolak dari
pengertian ini maka hormesis
radiasi mengandung pengertian bahwa radiasi dosis rendah
bersifat mampu memberikan
efek yang menguntungkan bagi
kehidupan. Hipotesa tentang adanya
hormesis radiasi muncul setelah
dilakukan penelitian terhadap
organisme ber-sel tunggal
hingga tumbuh-tumbuhan dan
binatang bersel banyak seperti serangga, ikan dan mamalia.
Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa paparan
radiasi dosis rendah
memberikan efek perbaikan
terhadap binatang maupun tumbuhan percobaan dalam
bentuk tingkat kesuburan,
kesehatan, peningkatan umur
rata-rata binatang percobaan,
kemampuan penyembuhan luka,
kerentanan terhadap penyakit. Ketahanan terhadap infeksi dan
lain-lain. Sementara data-data tentang
adanya hormesis pada binatang
percobaan cukup banyak,
hormesis radiasi terutama bagi
manusia hingga kini masih
menjadi ajang perdebatan bagi para pakar biologi radiasi. Hal ini
disebabkan belum lengkapnya
data yang mendukung
kesimpulan ke arah sana.
Meskipun demikian, data-data
epidemiologi yang telah terkumpul hingga saat ini cukup
menunjukkan bahwa hormesis
dapat juga terjadi pada
manusia. Data epidemiologi
tersebut berupa data dari
korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dan penduduk
yang tinggal pada daerah
dengan radiasi latar alamiah
lebih tinggi dibandingkan
dengan radiasi latar alamiah
normal, seperti penduduk di Propinsi Guangdong (RRC) dan
Pantai Kerala (India). Para korban bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki yang
selamat hingga kini masih
terus dipantau dan menjadi
obyek penelitian oleh para ahli.
Dari data yang dikumpulkan selama 24 tahun sejak tahun
1958 hingga 1982 menunjukkan
bahwa sejumlah korban yang
diperkirakan menerima radiasi
dengan dosis antara 0,12 – 0,36 Sievert justru tercatat
tingkat kematiannya akibat
leukemia paling minim
dibandingkan penduduk lain
yang tidak menerima paparan
radiasi pada saat terjadi ledakan bom atom. Dari Cina juga dilaporkan status
kesehatan lebih dari 20.000
penduduk di kota Yangjang,
propinsi Guangdong. Dari hasil
pengukuran diketahui bahwa
radiasi latar di daerah itu ternyata tiga kali lebih tinggi
dibandingkan radiasi latar
daerah-daerah lainnya. Data
mengenai status kesehatan
penduduk yang menempati
daerah tersebut turun temurun dikumpulkan dari
tahun 1972 – 1975 dan dibandingkan dengan status
kesehatan penduduk daerah
lain yang radiasi latar
alamiahnya normal. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa
frekwensi ditemukannya kanker ternyata lebih rendah pada
penduduk di daerah radiasi
latar tinggi dibandingkan
dengan penduduk di daerah
dengan radiasi latar rendah.
Demikian halnya dengan data yang terkumpul dari Pantai
Kerala di India. Lebih dari
130.000 penduduk tinggal di
daerah ini dengan radiasi latar
alamiah 3 hingga 10 kali di atas
normal. Namun harapan hidup penduduk di Kerala ternyata 10
– 15 tahun lebih panjang dari pada harapan hidup rata-
rata penduduk India. Dari
beberapa data epidemiologi
yang berhasil dikumpulkan inilah
beberapa pakar radiobiologi
menduga adanya hormesis radiasi pada manusia.

pengertian radiasi

Awal perkenalan umat manusia
dengan radiasi pengion dimulai
ketika Wilhelm C. Roentgen
(1845 – 1923), fisikawan berkebangsaan Jerman, pada
tahun 1895 menemukan sejenis
sinar aneh yang selanjutnya
diberi namasinar-X. Selang satu tahun dari
penemuan sinar-X tersebut,
fisikawan Perancis Antonie
Henry Becquerel menemukan
unsur Uranium (U) yang dapat
memancarkan radiasi secara spontan. Untuk selanjutnya
bahan yang memiliki sifat
seperti itu disebut bahan
radioaktif. Dua tahun kemudian, pasangan
suami-istri ahli kimia
berkebangsaan Perancis Marie
Curie dan Piere Curie
menemukan unsur Polonium (Po)
dan Radium (Ra) yang memperlihatkan gejala yang
sama seperti Uranium. Beberapa efek merugikan yang
muncul pada tubuh manusia
karena terpapari sinar-X dan
gamma dengan dosis berlebihan
segera teramati tidak lama
setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Marie Curie
meninggal pada tahun 1934
akibat terserang oleh leukemia.
Penyakit tersebut besar
kemungkinan akibat paparan
radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan bahan-
bahan radioaktif. Meskipun
demikian, upaya perlindungan
terhadap bahaya radiasi pada
saat itu belum mendapatkan
perhatian yang serius. Studi intensif efek radiasi
terhadap jaringan tubuh
manusia terus dilakukan oleh
para ahli biologi radiasi
(radiobiologi), hingga akhirnya
secara pasti diketahui bahwa radiasi tersebut dapat
menimbulkan kerusakan somatik
berupa kerusakan sel-sel
jaringan tubuh dan kerusakan
genetik berupa mutasi sel-sel
reproduksi. Dengan demikian manusiapun menyadari bahwa
radiasi dapat memberikan
ancaman terhadap kesehatan
manusia yang perlu diwaspadai.
Resiko kerusakan somatik
dalam bentuk munculnya penyakit kanker dialami
langsung oleh orang yang sel
somatiknya terkena
penyinaran. Sedang resiko dari
kerusakan genetik tidak dialami
oleh yang bersangkutan, melainkan keturunan orang
tersebut mempunyai peluang
untuk menderita cacat genetis. Studi epidemilogi efek biologi
dari radiasi pengion yang telah
dilakukan melibatkan tidak
kurang dari dua juta orang
dewasa dan anak-anak. Studi
tersebut dilakukan terhadap mereka baik yang menerima
paparan radiasi dari alam di
atas normal, para korban bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki,
para korban kecelakaan
fasilitas nuklir (PLTN Chernobyl misalnya) termasuk mereka
yang masih di dalam kandungan
sewaktu terjadi kecelakaan,
serta para pekerja radiasi dan
penduduk di sekitar suatu
instalasi nuklir.