Sabtu, 04 Desember 2010

Istilah drama dan teater seyogianya dibedakan artinya. Drama dimaksudkan sebagai karya sastra yang dirancang untuk dipentaskan di panggung oleh para aktor di pentas, sedangkan teater adalah istilah lain untuk drama dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan tempat lakon itu dipentaskan. Di samping itu salah satu unsur penting dalam drama adalah gerak dan dialog. Lewat dialoglah, konflik, emosi, pemikiran dan karakter hidup dan kehidupan manusia terhidang di panggung. Dengan demikian hakikat drama sebenarnya adalah gambaran konflik kehidupan manusia di panggung lewat gerak.

Asal-usul Drama di Indonesia

Seperti yang berkembang di dunia pada umumnya, di Indonesia pun awalnya ada dua jenis teater, yaitu teater klasik yang lahir dan berkembang dengan ketat di lingkungan istana, dan teater rakyat. Jenis teater klasik lebih terbatas, dan berawal dari teater boneka dan wayang orang. Teater boneka sudah dikenal sejak zaman prasejarah Indonesia (400 Masehi), sedangkan teater rakyat tak dikenal kapan munculnya. Teater klasik sarat dengan aturan-aturan baku, membutuhkan persiapan dan latihan suntuk, membutuhkan referensi pengetahuan, dan nilai artistik sebagai ukuran utamanya.
Teater rakyat lahir dari spontanitas kehidupan masyarakat pedesaan, jauh lebih longgar aturannya dan cukup banyak jenisnya. Teater rakyat diawali dengan teater tutur. Pertunjukannya berbentuk cerita yang dibacakan, dinyanyikan dengan tabuhan sederhana, dan dipertunjukkan di tempat yang sederhana pula. Teater tutur berkembang menjadi teater rakyat dan terdapat di seluruh Indonesia sejak Aceh sampai Irian. Meskipun jenis teater rakyat cukup banyak, umumnya cara pementasannya sama. Sederhana, perlengkapannya disesuaikan dengan tempat bermainnya, terjadi kontak antara pemain dan penonton, serta diawali dengan tabuhan dan tarian sederhana. Dalam pementasannya diselingi dagelan secara spontan yang berisi kritikan dan sindiran. Waktu pementasannya tergantung respons penonton, bisa empat jam atau sampai semalam suntuk

Perkembangan Drama di Indonesia
Sejarah perkembangan drama di Indonesia dipilah menjadi sejarah perkembangan penulisan drama dan sejarah perkembangan teater di Indonesia. Sejarah perkembangan penulisan drama meliputi: (1) Periode Drama Melayu-Rendah, (2) Periode Drama Pujangga Baru, (3) Periode Drama Zaman Jepang, (4) Periode Drama Sesudah Kemerdekaan, dan (5) Periode Drama Mutakhir.
Dalam Periode Melayu-Rendah penulis lakonnya didominasi oleh pengarang drama Belanda peranakan dan Tionghoa peranakan. Dalam Periode Drama Pujangga Baru lahirlah Bebasari karya Roestam Effendi sebagai lakon simbolis yang pertama kali ditulis oleh pengarang Indonesia. Dalam Periode Drama Zaman Jepang setiap pementasan drama harus disertai naskah lengkap untuk disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dengan adanya sensor ini, di satu pihak dapat menghambat kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah drama. Pada Periode Drama Sesudah Kemerdekaan naskah-naskah drama yang dihasilkan sudah lebih baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada saat itu penulis drama yang produktif dan berkualitas baik adalah Utuy Tatang Sontani, Motinggo Boesye dan Rendra. Pada Periode Mutakhir peran TIM dan DKJ menjadi sangat menonjol. Terjadi pembaruan dalam struktur drama. Pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot, nonlinear, tokoh-tokohnya tidak jelas identitasnya, dan bersifat nontematis. Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Arifin C. Noer, Putu Wijaya, dan Riantiarno.
Perkembangan teater di Indonesia dibagi ke dalam: (1) Masa Perintisan Teater Modern, (2) Masa Kebangkitan Teater Modern, (3) Masa Perkembangan Teater Modern, dan (4) Masa Teater Mutakhir. Masa perintisan diawali dengan munculnya Komedi Stamboel. Masa kebangkitan muncul teater Dardanella yang terpengaruh oleh Barat. Masa perkembangan ditengarai dengan hadirnya Sandiwara Maya, dan setelah kemerdekaan ditandai dengan lahirnya ATNI dan


ASDRAFI. Dalam masa perkembangan teater mutakhir ditandai dengan berkiprahnya 8 nama besar teater yang mendominasi zaman emas pertama dan kedua, yaitu Bengkel Teater, Teater Kecil, Teater Populer, Studi klub Teater Bandung, Teater Mandiri, Teater Koma, Teater Saja, dan Teater Lembaga.

Ragam Drama

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.

1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan
istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa
pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik
wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10.Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama

Unsur-unsur drama lazim dikelompokkan dalam dua kategorisasi, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik drama adalah berbagai unsur yang secara langsung terdapat dalam karya sastra yang berujud teks drama, seperti: alur, tokoh, karakter, latar, tema dan amanat, serta unsur bahasa yang berbentuk dialog. Sementara itu, unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar teks drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut. Unsur-unsur itu antara lain biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masyarakatnya yang dianggap dapat memberikan masukan yang menunjang penciptaan karya drama tersebut.
Analisis Tokoh dan Perwatakan
Untuk dapat menganalisis unsur tokoh dan perwatakan tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tritagonis, kita perlu mendalami terlebih dulu arti pengertian macam-macam tokoh itu dan bagaimana ciri-cirinya. Sementara itu untuk menganalisis karakter tokoh-tokoh tersebut perlu dipahami dengan tepat bagaimana cara pengarang menggambarkan perwatakannya. Dalam drama kebanyakan karakter tokoh dilukiskan dalam dialog-dialog antartokohnya. Dari dialog-dialog itulah tercermin karakter tokoh-tokohnya.


Analisis Latar

Untuk membuat analisis latar terhadap drama diperlukan penguasaan konsep tentang latar fisik, latar spiritual, latar netral, dan latar tipikal. Latar fisik menyangkut ruang dan waktu, latar spiritual erat kaitannya dengan latar fisik. Latar spiritual mencerminkan faktor sosial budaya, adat-istiadat, kepercayaan, tata cara, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh latar fisiknya. Latar tipikal menonjolkan kekhasan suatu daerah tertentu, sedangkan latar netral adalah latar yang tak memiliki sifat khas sesuatu daerah. Drama Iblis mengindikasikan latar netral sehingga dapat dipentaskan di mana dan kapan pun.

Analisis Bahasa
Analisis unsur bahasa adalah analisis dialog dalam teks drama. Melalui dialog yang menggunakan bahasa lisan yang komunikatif, tergambar pemikiran, karakter dan konflik lakuan. Dalam analisis bahasa ini difokuskan pada dua persoalan yang erat kaitannya dengan dialog, yaitu: pemilihan kata dan kalimat (menyangkut panjang-pendeknya kalimat dialog) yang mampu menimbulkan pertentangan di antara protagonis dan antagonisnya, dan pemikiran-pemikiran yang dikandung dalam dialog protagonis maupun antagonisnya. Dari hasil analisis penggalan teks drama Iblis karya Muhammad Diponegoro, antara lain diperoleh hasil bahwa pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimatnya sangat cerdas dan tepat. Pemikiran-pemikiran Mohammad Diponegoro bermunculan lewat dialog yang dilontarkan tokoh Ibrahim.

Analisis Alur

Untuk dapat menganalisis unsur alur dalam teks drama, kita perlu mendalami terlebih dulu apakah yang disebut alur itu, dan bagaimana pengaluran dalam drama itu. Lewat teks drama berjudul Sepasang Merpati Tua karya Bakdi Soemanto dapat dianalisis bagian mana saja yang dapat dimasukkan dalam pemaparan, penggawatan, klimaks, peleraian, dan penyelesaiannya.
Analisis Tema
Dalam drama terdapat dua istilah yang berhimpitan artinya, yaitu premis dan tema. Premis diartikan sebagai landasan pokok drama, sedangkan tema adalah penggarapan gagasan pokok yang didukung oleh jalinan unsur tokoh, alur, dan latar cerita serta diformulasikan lewat dialog.
Untuk menganalisis tema kita harus membaca seluruh lakon, dan memahaminya. Kita harus mencermati peristiwa-peristiwa konflik dalam lakon. Konflik dalam drama berkaitan erat dengan tema lakon. Kita perlu memahami seluruh sepak terjang tokoh utamanya, sebab tokoh utama biasanya diberi tugas penting untuk mengusung tema lakon.
Untuk itu, kepada tokoh utama perlu diajukan pertanyaan misalnya: permasalahan (konflik) apa yang dihadapinya, selain tokoh utama, siapa sajakah yang terlibat dalam permasalahan (konflik), bagaimana sikap dan pandangannya terhadap permasalahan (konflik) itu, bagaimana cara berpikir tokoh utama dalam menghadapi permasalahan (konflik), apa yang dilakukannya, dan bagaimana ia mengambil keputusan terhadap permasalahan (konflik) yang dihadapinya.

Analisis Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui lakon dramanya, dan bagaimana jalan keluar yang diberikan pengarang terhadap permasalahan yang dipaparkannya. Amanat erat kaitannya dengan makna, dan bersifat subjektif. Setiap pembaca bebas menafsirkan apa amanat drama yang dibacanya itu baginya.

Ada dua cara penyampaian pesan, yaitu
Secara langsung (tersurat) dan secara tidak langsung (tersirat).
• Pesan secara langsung biasanya dititipkan oleh penulis lakon lewat tokoh-tokoh cerita yang berlakuan dalam lakonnya. Kadang-kadang pesan yang ingin disampaikan itu kurang ada hubungannya dengan cerita, atau sesuatu yang sebenarnya berada di luar unsur lakon itu sendiri.


• Secara tidak langsung, biasanya disampaikan oleh pengarang lakon secara tersirat dalam kisahan, dan terpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Apabila kita ingin menafsirkan apa amanat yang mau disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, pesan-pesan itu dapat digali melalui peristiwa-peristiwa, konflik-konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu, baik yang tampak dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang hanya terjadi dalam perasaan dan pikirannya.

Dasar-dasar Bermain Peran

Untuk menjadi seorang pemain, diperlukan kemampuan dasar-dasar peran seperti,
1. kesadaran indra,
2. ekspresi,
3. improvisasi,
4. pernapasan
5. laku,
6. vokal, dan
7. karakterisasi.
Kesadaran indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Kesadaran ini diperlukan untuk menciptakan alasan bagi laku yang dilakukan pemain di atas pentas. Proses itu terjadi karena indra menangkap objek rangsangan dan melahirkan tanggapan. Tanggapan yang muncul dari dalam diri itu menjadi alasan suatu perbuatan. Sebelum tanggapan dalam perbuatan nyata terwujud, reaksi batin terhadap rangsangan itu menjadi pengalaman batinnya.

Ekspresi berkaitan dengan kemampuan pemain mengekspresikan perasaan dan emosi manusia, baik emosinya sendiri maupun emosi orang lain. Seorang pemain diharapkan mempunyai “koleksi” emosi agar dengan mudah berimprovisasi ketika memerankan seorang tokoh. Ekspresi ini diwujudkan dalam bentuk laku (gerak) dan vokal (suara). Hal yang perlu dicatat untuk olah vokal adalah: bukan “berbicara keras”, tetapi “berbicara jelas”.

Improvisasi mencakup tiga pengertian, yaitu 1) menciptakan, merangkai, memainkan, menyajikan, sesuatu tanpa persiapan; 2) menampilkan sesuatu dengan mendadak; 3) melakukan sesuatu begitu saja secara spontan dan apa adanya. Tujuan berlatih improvisasi adalah agar pemain memiliki rangsangan spontanitas. Selain itu, latihan ini dapat menciptakan akting yang wajar, tidak dibuat-buat, dan tampak natural

Pernapasan berkaitan erat dengan sikap rileks. Ketegangan urat leher dan bahu harus dihindari. Penguasaan pernapasan akan menghasilkan dua hal: 1) menjaga stabilnya suara, sekaligus memberikan kemungkinan kepada pemain untuk membuat vokal menjadi lentur sesuai dengan tuntutan peran; 2) menciptakan akting yang wajar dan memikat.

Laku dapat dibagi menjadi empat, yaitu imitatif, indikatif, empatik, dan autistik. Pada umumnya laku empatik dan autistik lebih efektif, dan lebih memberikan kesan mendalam dibandingkan laku imitatif dan indikatif. Namun demikian, untuk adegan-adegan tertentu tetap diperlukan adanya laku imitatif dan indikatif.

Karakterisasi berkaitan dengan bagaimana seorang pemain memposisikan dirinya pada seorang tokoh. Untuk itu, seorang pemain harus mengetahui keseluruhan diri tokoh yang akan diperankan, meliputi ciri fisik, ciri sosial, ciri psikologis, dan ciri moral.




Berbagai Teknik Bermain Peran
Untuk menjadi seorang pemain, seseorang harus mengusai berbagai teknik untuk bermain peran. Teknik itu adalah yaitu,
1. teknik pemunculan,
2. teknik memberi isi,
3. teknik pengembangan,
4. teknik pembinaan menuju puncak,
5. teknik timing, serta
6. tempo dan irama.

Teknik Pemunculan (the technique of entrance) berkaitan dengan kesan dan daya tarik pemain ketika masuk ke dalam pentas (playing area). Pemain harus memiliki penguasaan diri yang telah siap untuk memberikan kesan kepada penonton tentang watak yang dimainkan, penonjolan figur watak, dan pembawaan postur yang menarik.

Teknik memberi isi (the technique of phrasing) berkaitan kemampuan seorang pemain menciptakan segala gerak dan dialog menjadi berbobot. Sebagus-bagusnya dialog dalam sebuah naskah drama, akan menjadi tidak berarti jika diucapkan pemain dengan tidak benar, dan tidak diisi dengan penghayatan yang hidup. Secara praktis teknik memberi isi adalah cara untuk menonjolkan emosi dan pikiran dibalik kalimat-kalimat yang diucapkan dan dibalik perbuatan-perbuatan yang dilakukan pemain. Terdapat tiga macam cara memberi tekanan pada isi kalimat, yaitu tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo.

Teknik pengembangan berkaitan dengan kemampuan pemain mengembangkan dialog dan gerakan (laku). Hal ini penting supaya pementasan berjalan tidak datar, dan dapat memikat penonton. Teknik pengembangan dapat dicapai dengan menggunakan pengucapan dan posisi tubuh. Teknik pengembangan dengan pengucapan dapat dicapai dengan 1) menaikkan volume suara, 2) menaikkan tinggi nada suara, 3) menaikkan kecepatan tempo suara, dan 4) mengurangi volume, tinggi nada, dan kecepatan tempo suara. Teknik pengembangan dengan posisi tubuh dapat dicapai dengan 1) menaikkan tingkatan posisi tubuh, 2) berpaling, 3) berpindah tempat, 4) menggerakkan anggota badan, dan 5) memainkan air muka.

Teknik membina puncak berkaitan dengan kemampuan pemain mengatur emosi, dialog, dan gerak. ketika menjalani puncak-puncak awal atau puncak-puncak pembangun konflik. Keberhasilan perjalanan itu merupakan bekal baik untuk mencapai puncak (klimaks) yang diinginkan dalam suatu pementasan. Terdapat beberapa teknik untuk membina ke arah puncak, yaitu 1) menahan arus perasaan, 2) menahan reaksi terhadap alur cerita, 3) teknik gabungan, 4) teknik kelompok bermain.

Teknik timing berkaitan dengan kemampuan pemain mengatur cepat lambatnya waktu antara gerakan jasmani (laku) dan suara (vokal) yang diucapkan pemain. Teknik timing memiliki efek khusus. Teknik ini dapat dipakai untuk memberi tekanan atau menghilangkan tekanan. Di samping itu, dapat juga untuk menjelaskan suatu perbuatan.

Tempo dan irama berkaitan dengan penggarapan waktu dalam permainan. Cara seorang pemain bermain dengan tempo yang tepat adalah (1) menghayati peran dan jalan cerita serta (2) menyadari teknik bermain. Irama yang dimainkan pemain harus sesuai dengan watak tokoh yang diperankan. Irama yang tepat akan mengikat penonton berlama-lama menonton teater. Gabungan yang kreatif antara tempo dan irama menghasilkan “daya pikat panggung”.
Untuk mahir menguasai teknik-teknik tersebut diperlukan latihan yang berulang-ulang dan waktu yang tidak sebentar. Janganlah bosan, dan nikmatilah proses latihan tersebut.




Pementasan Drama
Pementasan drama adalah hasil perwujudan dari naskah yang dimainkan. Pementasan drama terwujud pada saat dimulai hingga selesainya naskah tersebut dimainkan. Sebelum dan sesudah waktu dimainkan tidak terdapat adanya pementasan, yang ada hanyalah naskah.
Pementasan naskah drama merupakan kerja kolaborasi dari berbagai komponen. Komponen tersebut adalah naskah, sutradara, pengurus produksi, pemain, dan tim artistik. Seluruh komponen ini harus dipersiapkan dan diatur dengan baik untuk menunjang pementasan yang baik.

Dramatisasi Cerita Drama

Pada prinsipnya, dramatisasi cerita drama adalah memahami dan mengeksplorasi naskah secara sungguh-sungguh, kemudian membuat rencana untuk mementaskan naskah tersebut bersama seluruh anggota kelompok. Adapun langkah-langkah dramatisasi adalah sebagai berikut.
1. mengemukakan cerita (naskah) kepada anggota kelompok pementasan.
2. mengolah dialog, merencanakan peran, dan adegan pementasan.
3. memainkan naskah itu, baik bertahap maupun menyeluruh.
4. evaluasi permainan.
5. memainkan ulang.
6. evaluasi akhir dan persiapan pementasan.
Mengubah ceritak ke Dalam Bentuk Drama
Teks drama dapat dibuat dengan cara mengubah cerita rakyat, legenda, fabel, dan cerita pendek yang banyak dimuat dalam surat kabar dan majalah. Caranya, guru meminta kepada para siswa untuk membaca cerita sebanyak-banyaknya. Dari hasil bacaannya, para siswa dapat menemukan gagasan yang menarik sehingga dapat dijadikan bahan untuk menulis lakon. Dari cerita yang dipilihnya, para siswa diminta untuk memilih dan mencari situasi dramatik yang ada di dalamnya. Situasi dramatik itulah yang akan mereka pergunakan untuk latihan menulis naskah drama dengan meminta para siswa menuliskan dialog secara imajiner. Berangkat dari percakapan seperti itu akan mengarahkan kepada situasi tokoh yang sesuai dengan situasi dramatik yang akan dihadirkannya.
Dalam membuat dialog perlu diperhatikan bahwa melalui dialog antartokohnya harus tergambar karakternya. Dalam dialog perlu pula diperhatikan beberapa segi seperti: kosakata, frase dan kalimat, irama, tekanan, jeda, tempo, dan pola vokal para tokohnya. Akan tetapi sebelum membuat dialog harus dipikirkan tokoh protagonis dan antagonisnya yang berlaku dalam drama yang akan disusun. Perlu pula diperhatikan unsur latar lakon. Untuk menggambarkan latar diperlukan pengamatan dengan cermat. Juga kostum para pemainnya. Dalam menulis lakon, unsur-unsur yang disediakan harus dipilih dan difokuskan pada tema. Dengan tema yang menjadi fokus, maka strukturnya dapat dibangu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar